Labels

Labels

Labels

27 Maret 2009

KATARAK

”Duh..malas nya harus kembali ke Bogor” begitu pikir saya hari Kamis lalu (19/3). Sepertinya karena sudah karena terlalu lama berada di rumah (kawasan Ciledug), malas naik angkutan umum dan enggan menghadapi macet, saya memutuskan untuk seminggu lagi berada di rumah.... ^^)p

Namun, sebenarnya di balik absennya saya di Bogor, lebih dikarenakan keadaan ibu yang membutuhkan pemantauan penuh pasca operasi mata (Katarak). Hal ini membuat akses saya untuk pergi jadi semakin terbatas, termasuk untuk sekedar pergi ke warnet.

Di sini saya hanya ingin membagi informasi kepada kawan semua mengenai katarak, penyakit mata yang ditakuti. Banyak yang bilang bahwa katarak hanya akan menyerang orang lanjut usia (soalnya kalau saya menemani ibu saya berobat, umumnya yang datang di klinik mata adalah orang-orang tua), padahal anak muda seperti kita pun dapat terserang.



APAKAH KATARAK?

Katarak adalah kekeruhan lensa mata, di mana lensa yang normal seharusnya bening. Kekeruhan lensa ini yang menyebabkan penglihatan buram. Mungkin bisa dibayangkan seperti melihat melalui kaca jendela yang bening, di mana penglihatan akan terganggu jika kaca berkabaut karena embun.

Sering terjadi salah pengertian tentang katarak, di mana katarak :
- Bukan merupakan selaput yang menutupi mata.
- Bukan akibat penggunaan mata yang terlalu berlebihan.
- Bukan suatu kanker.
- Tidak bersifat menular.
- Tidak menyebabkan kebutaan yang permanen akan tetapi dapat diatasi dengan operasi.

Gejala yang umumnya dialami oleh penderita katarak adalah :
- Penurunan ketajaman penglihatan tanpa disertai.
- Silau.
- Ukuran kacamata menjadi lebih sering berubah.
- Perlu cahaya terang untuk membaca.
- Semakin rabun pada senja hari.

Beratnya kekeruhan lensa akibat katarak bervariasi, di mana kalau kekeruhan tersebut tidak persis di tengah lensa, mungkin gangguan penglihatan tidak begitu nyata.

APA PENYEBAB KATARAK?

Penyebab Katarak yang paling sering adalah usia tua (degenerasi lensa). Penyebab lainnya :
- Riwayat keluarga.
- Penyakit seperti diabetes (sakit gula).
- Trauma (cedera) mata.
- Penggunaan oabat-obat seperti steroid.
- Paparan sinar matahari (ultraviolet) yang berlebihan.
- Pernah operasi mata sebelumnya.

CARA PENGOBATAN KATARAK?

Operasi merupakan jalan satu-satunya untuk mengatasi katarak. Jika kekeruhan lensa masih ringan, cukup diatasi dengan kacamata.
Belum ada obat, obat tetes, vitamin, atau alat yang dapat mengobati katarak.
Operasi katarak dilakukan jika penglihatan yang buram sudah menganggu pasien, misalnya sulit membaca, menyetir kendaraan, atau nonton TV; jadi tidak harus menunggu sampai katarak matang.

Keputusan untuk operasi adalah berdasarkan hasil pemeriksaan dokter mata dan keluhan penglihatan penderita.

HARAPAN SETELAH OPERASI KATARAK?

Di Indonesia, operasi katarak dilakukan sekitar 50.000 kasus per tahun, di mana lebih dari 90% tidak mengalami komplikasi operasi.

Operasi dilakukan dengan anestesi lokal (tidak harus bius umum) dan tidak perlu menginap di rumah sakit. Lensa yang keruh dikeluarkan, lalu diganti dengan lensa tanam buatan. Lensa tanam ini dimasukkan ke dalam mata jika tidak ada komplikasi operasi, dan dapat digunakan seumur hidup.

Dokter mata melakukan operasi dengan mikroskop, karena alat operasi dan benang yang kecil. Pada katarak yang tidak terlalu keruh, operasi juga bisa dilakukan dengan mesin fakoemulsifikasi.

LASER tidak bisa untuk operasi katarak, tetapi digunakan setelah operasi katarak, kalau kapsul lensa juga mengalami kekeruhan. Hal ini disebut sebagai katarak sekunder. Katarak sekunder dialami oleh 20% dari penderita yang telah dioperasi katarak. Biasanya terjadi antara 3 bulan sampai puluhan tahun kemudian.

Sumber : Brosur tentang KATARAK dari sebuah rumah sakit ternama di Jakarta Selatan.

Alhamdulillah, kini keadaan ibu sudah mulai membaik, sehingga saya jadi tenang untuk meninggalkan beliau lagi. Mohon doanya ya.

Saran saya untuk semua orang yang membaca ini : Jangan pernah menantang atau melihat ke arah matahari. Akan lebih baik jika Anda menutup mata dengan kacamata anti UV. Karena diketahui bahwa UV yang ada dalam sinar matahari dapat memperkeruh lensa mata yang merupakan penyebab utama terjadinya katarak.
Read More

KUCING NYA NIA (Eps. 2 )

Sudah beberapa hari sejak anak kucing itu ditemukan, akhirnya hari Senin (17/3) saya putuskan untuk memberi nya nama. Bingung milih nama, akhirnya terbesit lah kata "mimi". Awalnya ini karena ibu yang senang bilang "Kucingnya lagi mimi". Nah, karena saya suka menambahkan kata "chan" pada nama-nama teman terdekat, akhirnya saya putuskan untuk memberinya nama "mimi-chan" yang akhirnya disingkat menjadi "michan". Sekarang kucing saya bernama MICHAN.

Tiba-tiba ibu iseng mengambil gambar ketika saya sedang "menyusui" michan... Ternyata michan imut juga ya. Masih kecil sih, coba nanti kalau udah besar. Cara menyusui michan adalah melilitkan kain ke seluruh tubuhnya. Jadi kalau bayi manusia, seperti dibedong gitu. Gunanya sih agar tangan dan kaki nya michan tidak bergerak-gerak (Hihi..saya kejam ga sih?) Toh, michan tetap minum dengan laap dibandingkan jika dia tidak dibedong. Langsug deh mulutnya yang berbunyi "nyot-nyot" sepertinya sudah sangat senang dan rakus menikmati susu nya. Oiya, sekarang susu yang saya gunakan adalah susu sapi murni yang tawar, bukan yang rasa strawberry lagi.



Sayangnya, michan belum bisa melihat. Pun jalannya juga masih "aneh" tidak seperti kucing dewasa. Saya pun bingung, apa perkembangan kucing memang seperti? Atau hanya michan yang seperti itu?





Walaupun michan belum bisa melihat, dia tau banget kalau saya datang. Kalau micahan udah nangis, pasti saya langsung kasih susu dengan dotnya. Michan..michan..i love u s o much.
Read More

KUCING NYA NIA (Eps. 1 )

Menghabiskan waktu di rumah tanpa ada pekerjaan yang berarti rupanya cukup membuat saya bosan. Mau mengerjakan skripsi, tapi tak ada ide. Mau bikin kerajinan tangan lagi, malas nya luar biasa. Jadilah saya melakukan latihan untuk menjadi ibu RT yang baik dengan melakukan semua pekerjaan rumah mulai dari masak, mencuci pakaian, menyapu dan mengepel, membersihkan taman dan memotong rumput serta mencuci perlengkapan dapur, pokoke semuanya saya kerjakan.

Sudah beberapa hari sejak ibu masuk RS (2/3), di plafon dapur terdengar bunyi berisik, saya sih tidak terlalu menghiraukan bunyi itu. Mungkin hanya kucing atau tikus yang sedang main-main. Hingga hari Kamis (13/3) bunyi itu kian jelas, namun kali ini terdengar bunyi anak kucing yang mengeong pada induk nya. ”Hm..ada kucing yang melahirkan rupanya” pikir saya. Terdengar suara ”gedebak-gedebuk” kemungkinan besar sih sang ibu sedang memindahkan anak-anak nya ke tempat yang lebih nyaman.

Namun, beberapa hari berlalu, ada satu ekor anak kucing yang tertinggal. Entah apa karenaa induknya sengaja, lupa akan anak yang satunya, atau malah dia lupa akan jalan masuk ke plafon rumah saya. Bagaimana pun alasan nya, seekor anak kucing itu terus mengeong mencari induk nya karena kehausan.

Pusing karena siang malam mendengar anak kucing yang terus mengeong, ibu memutuskan untuk mengeluarkannya dengan meminta bantuan tukang air yang lewat. Yah....akhirnya, anak kucing itu keluar juga. Sayangnya, dia terus menerus mengeong karena lapar. Saya yang sama sekali belum pernah memelihara kucing bingung harus berbuat apa...



Karena kasihan, akhirnya terpaksa saya rawat deh...Padahal ibu di rumah dah ngomel-ngomel agar saya membuang kucing itu. Tapi yah mau gimana lagi, wong kucingnya juga belum bisa apa-apa, masa harus dibuang.



Hingga akhirnya seorang teman datang ke rumah dan memberikan ide untuk membuatkan dot dari botol bekas obat tetes mata.


Rumah nya pun hanya dari kardus bekas air mineral. Huhu..abis nya ga pernah ngerawat kucing. Mungkin kalau yang ketemunya kelinci, saya punya kandangnya.


Setelah diberi minum susu cair rasa strawberry, anak kucing yang imut akhirnya bisa tidur dengan nyenyak. Lucu sekali melihat nya tidur.




Heee...mudah-mudahan anak kucing ini bisa tumbuh dengan sehat. Walau ada teman yang bilang bahwa, anak kucing hanya akan dapat bertahan hidup hingga seminggu jika tanpa induknya, tapi saya yakin..saya bisa menggantikan induknya untuk sementara.. ^^)p
Read More

12 Maret 2009

Kecoa...

Kecoa, binatang yang dianggap sebagai pengganggu, ternyata memiliki banyak keunggulan, yang membuatnya tetap eksis sejak 300 juta tahun lalu. Terutama sistem senso-motorik kecoa menarik perhatian para ahli. Selain itu kemampuan adaptasi kecoa, dalam lingkungan paling ekstrim amat mengagumkan.

Tidak banyak orang awam yang tahu, bahwa serangga besar ini, sudah ada di muka Bumi sejak 300 juta tahun lalu. Jadi lebih tua dari Dinosaurus. Ketika keluarga reptil raksasa Dinosaurus musnah sekitar 65 juta tahun lalu, keluarga kecoa terus bertahan hidup, hingga kini. Para ahli biologi bahkan memperkirakan, jika terjadi bencana atom di muka Bumi, salah satu makhluk hidup yang akan tetap eksis adalah kecoa. Mencengangkan, tapi juga sekaligus mengusik rasa penasaran.

Salah satu yang menarik perhatian para peneliti, adalah sistem saraf motorik kecoa. Sejak lama diketahui, binatang yang dianggap hina dan cuma menjadi pengganggu manusia itu, memiliki kecepatan reaksi amat mengagumkan, untuk meloloskan diri dari bahaya. Rahasianya terletak pada sistem saraf dan sistem gerak motorik kecoa. Serangga ini, dalam sejarah evolusinya yang panjang, mengembangkan dua sistem senso-motorik yang independen. Dalam arti, keduanya dapat berfungsi berbarengan, atau juga berfungsi masing-masing tanpa tergantung sistem yang lain.

Sistem senso-motorik yang pertama berada di bagian kepala, dengan dua antena yang berfungsi sebagai penala getaran. Dan yang kedua di bagian kaki belakang yang menerus ke bagian perut, dengan rambut-rambut halus, yang juga berfungsi serupa antena. Penelitian Prof. Christopher Comer, ahli saraf dari Universitas Illinois di Chicago AS, menunjukan kecepatan lari kecoa sebetulnya tidak mengagumkan, yakni hanya sekitar lima kilometer per jam. Tapi yang sangat mengagumkan, adalah kecepatan reaksi sistem senso-motoriknya dalam menanggapi rangsangan dari luar. Jika sistem penala getaran di kaki belakang atau antena di kepala mendapat rangsangan tiba-tiba, reaksinya terjadi hanya dalam waktu 15 sampai 20 milidetik. Atau lebih cepat dari kedipan mata, kecoa sudah lari dan menghilang di bawah lemari atau meja.

Bandingkan dengan kecepatan reaksi otak manusia, yang memerlukan waktu sekitar 200 milidetik, untuk menanggapi rangsangan dari luar. Dengan kecepatan reaksi terhadap rangsangan yang luar biasa ini, sudah mencukupi bagi kecoa yang memiliki kecepatan lari hanya lima kilometer per jam, untuk dapat melepaskan diri dari segala bahaya. Yang juga amat menarik, adalah dua sistem senso-motorik kecoa yang terpisah dan independen. Jika salah satu sistemnya disabot atau dimatikan, sistem yang lain masih tetap aktif dan berfungsi. Juga kecoa yang dipotong kepalanya, masih bereaksi secepat semula.

Robot sensomotorik kecoa

Dengan mengamati sistem senso-motorik kecoa, dewasa ini dikembangkan berbagai kegunaan praktis dari keunggulan sistem tsb. Misalnya saja para ahli robotik, kini berusaha mengembangkan robot yang memiliki dua sistem sensorik independen. Bidang terapan dari senso-motorik buatan ini, juga cukup luas. Mulai dari produk untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mobil misalnya, sampai ke robot penjelajah untuk misi luar angkasa. Di masa depan, robot penjelajah planit Mars sekelas Spirit atau Opportunity misalnya, bisa dilengkapi sirkuit pengendali ganda, yang berfungsi independen persis seperti sistem senso-motorik kecoa. Jika salah satu sistem macet, yang lainnya tetap berfungsi. Dengan begitu kehandalan misinya dapat dijamin.

Robot yang meniru sistem saraf motorik kecoa, dikembangkan oleh para peneliti robotik di Universita Case Western di Cleveland Ohio, AS, masing-masing Daniel Kingsley, Roger Quinn dan Roy Ritzman, menunjukan bahwa dengan meniru sistem ganda saraf kecoa, terbukti robotnya menjadi lebih handal. Robot berbentuk mobil atau rover seperti penjelajah Mars, akan mengalami kesulitan besar jika salah satu rodanya macet atau sistem pengendaliannya rusak. Namun dengan meniru sistem saraf motorik kecoa, hambatan semacam itu dapat ditanggulangi segera.

Terapan di dunia kedokteran

Selain penerapannya di wilayah teknologi robotik, penelitian sistem saraf kecoa oleh Prof. Christopher Comer dan Angela Ridgel dari Universita Case Western di Cleveland –Ohio, juga menunjukan arah terapannya dalam dunia kedokteran. Kecoa yang memiliki kecepatan reaksi mengagumkan, ternyata juga menderita penyakit degradasi pada alat motoriknya. Yakni gejala seperti rematik pada kakinya, jika umur kecoa sudah tergolong tua. Kecoa yang berumur 60 minggu, ternyata berpenyakit tungkai, sama seperti pada manusia lanjut usia.

Penelitian menggunakan kamera ultra-cepat, yang mampu merekam 125 gambar per detik menunjukan, kaki kecoa tua, tidak bisa lagi diajak mendaki permukaan yang menanjak. Juga reaksinya terhadap rangsangan dari luar menurun tajam. Jika sebelumnya, perubahan angin sedikit saja, memicu reaksi dari sistem motoriknya, kecoa tua memerlukan waktu untuk bereaksi. Diamati, kadang-kadang kecoa tua ini bereaksi seperti biasa, yakni lari secepat kilat, untuk menyembunyikan diri. Atau malahan terdiam di tempat, untuk mengolah rangsangan yang datang. Akibatnya kecoa tua lebih mudah ditangkap atau dibunuh.

Bagi para ahli saraf sifat degeneratif sistem saraf kecoa, menjadi bahan pelajaran menarik. Karena sistem saraf kecoa relatif sederhana, dan serangga itu juga relatif besar, lebih mudah melakukan pengamatan, mengapa terjadi degenerasi sistem saraf. Selain itu, proses penuaan pada kecoa tidak perlu ditunggu bertahun-tahun, seperti pada binatang menyusui yang dijadikan obyek penelitian. Sementara hasilnya, dapat dianalogikan pada sistem saraf binatang menyusui, yang jauh lebih kompleks dan lebih sulit diteliti.

Potong kepala

Penelitian yang dilakukan Ridgel dalam berbagai situasi, menunjukan kecoa tua ternyata kehilangan koordinasi terhadap kedua sistem saraf motoriknya. Tapi, ketika kecoa tua dipotong kepalanya, gerakan motoriknya menjadi pulih kembali seperti kecoa muda. Apakah kerusakan pada sistem saraf sentral, yang berpusat di otak yang menyebabkan gangguan gerak motorik ini? Rigdel dan tim penelitinya belum menarik kesimpulan sampai ke situ. Tapi penelitian oleh tim lainnya, menegaskan kemungkinan tsb. Hanya saja masih dipertanyakan metode penelitiannya. Apakah pengamatan dilakukan segera, setelah kepala kecoa tua dipotong, atau beberapa jam kemudian?

Namun berbagai penelitian terhadap kecoa, dapat ditarik manfaatnya bagi penelitian proses penuaan pada manusia. Sebab proses penuaan pada kecoa, mirip dengan proses penuaan pada manusia. Misalnya saja dicirikan oleh menurunnya fungsi sistem saraf pusat dan anggota badan motorik. Juga kemampuan otak untuk bereaksi menurun tajam. Kecoa tua akhirnya mati, karena kerusakan pada jaringan sistem saraf pusat dan sistem gerak motoriknya.

Semula tidak diduga, bahwa kecoa dapat mencapai umur cukup tua, seperti pada manusia modern, yang kini memiliki kecenderungan berumur lebih panjang. Namun juga menghadapi risiko, menurunnya kemampuan motorik dan degenerasi sistem saraf pusat dan otak. Dari penelitian kecoa, para peneliti sistem saraf dan gerak motorik mengharapkan, dapat mengembangkan metode atau obat, untuk mencegah atau memperlambat proses menurunnya kemampuan otak. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian kecoa, juga diteliti kemungkinan, untuk tetap mempertahakankan kemampuan gerak motorik pada manula.


Read More

8 MST

Sudah beberapa lama saya tidak memposting tulisan baru. Sepertinya selain karena kesibukan penelitian yang cukup menyita waktu, tenaga dan pikiran, juga karena saya memang sedang tidak ada ide. Nah, saya akan sedikit menceritakan kabar tentang tanaman rosella saya yang sudah memasuki minggu ke-8.

Beberapa minggu terakhir, intensitas curah hujan di Bogor sedang sangat tinggi. Hal ini tentu berdampak pada tanaman rosella saya. Walaupun rosella membutuhkan curah hujan cukup pada awal penanaman, namun jika dalam intensitas yang tinggi dapat membuat tanaman kelebihan air dan akhirnya busuk.

Penelitian saya mencoba meneliti perbedaan kandungan antosianin yang terkandung dalam rosella merah dan rosella ungu. Setelah saya amati, rosella merah memiliki beberapa perbedaan dengan rosella ungu, terutama pada hal penampakan. Pada rosella merah : batang dan tangkai daunnya memiliki warna merah yang terang. Sedangkan pada rosella ungu : batang dan tangkai daunnya memiliki warna merah keunguan yang agak gelap, pada daun terdapat semburat warna ungu. Jadi, dilihat dari penampakan fisik secara sepintas pun dapat dibedakan antara rosella merah dan ungu ^^)p

Dari literatur yang saya dapat, dijelaskan bahwa tanaman rosella ungu memiliki masa panen bunga yang lebih lambat dibandingkan rosella merah. Jadi, kemungkinan besar saya akan lebih dulu melakukan pemeriksaan produksi antosianin tanaman rosella merah baru kemudian rosella ungu.

Berikut adalah gambar tanaman rosella yang diambil setelah 6 Minggu Setelah Tanam :




Alhamdulillah..Sekarang tanaman rosella sudah mulai tumbuh besar. Semoga untuk ke depannya penelitian saya tidak menemui hambatan yang berarti..Amin..
Read More