Labels

Labels

Labels

16 Desember 2009

I Love Penguin

Entah sejak kapan saya menyukai hewan bernama PENGUIN... Kalau diingat-ingat sih sejak kawan-kawan di SMA mengatakan bahwa gaya jalan saya yang mirip penguin.. Huffhh..

Iseng-iseng cari video PINGU yang ketika SD sering diputar di sebuah stasiun tv nasional. Film PINGU diputar dengan durasi yang singkat namun sangat menghibur. Pernah suatu ketika membaca di sebuah majalah, bahwa film (apa ya istilah yang lebih tepat) PINGU dibuat dengan menyatukan foto-foto gerakan tokohnya. Kenapa? Karena tokoh-tokohnya terbuat dari lilin. Wah, jadi tak bisa membayangkan bagaimana sulitnya membuat satu adegan saja.

Berikut adalah video-video PINGU kesukaan yang saya grab dari youtube ^_^








Read More

14 Agustus 2009

Marhaban Ya Ramadhan


Bulan Ramadhan sudah di depan mata kita, mari kita merenung sejenak untuk mencoba cermati perasaan kita sekarang, sudahkah kita merasa bahagia untuk menyambutnya, atau biasa-biasa saja, atau malahan menganggap bahwa ramadhan adalah bulan rutin yang tiap tahun pasti datng, mengapa perlu diistimewakan ? sungguh merugilah manusia yang tidak bergembira menyambut kedatangan bulan suci tersebut.

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah, bulan yang sangat diistimewakan oleh Allah, di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, di dalamnya penuh dengan rahmah, ampunan dan pembebasan dari api neraka, bulan yang dirindukan kedatangannya dan ditangisi kepergiannya oleh orang-orang salih, bulan dimana kaum muslimin mengekang nafsu syahwat dan mengisi dengan amal-amal yang mulia. Semua itu merupakan momen dan sekaligus sarana yang baik untuk mencapai puncak ketaqwaan. Dosa dan kekhilafan juga merupakan sasaran yang akan kita hapuskan dalam bulan Ramadhan ini.

Untuk mendekatkan sasaran tersebut, kiranya kita perlu menyambut tamu Allah yang agung ini dengan mengadakan pembekalan yang mantap agar kesempatan yang baik ini benar-benar bisa kita gunakan dengan sebaik-baiknya. Diantara bekal-bekal yang harus kita miliki di dalam menyongsong bulan yang mulia ini adalah sbb :

1. Mempersiapkan Persepsi yang Benar Tentang Bulan Ramadahan

Untuk memberikan motivasi beribadah dan agar Ramadhan bisa dimanfaatkan dengan maksimal guma mencapai hikmah yang terkandung di dalamnya, sebelum Ramadhan datang Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya guna memberikan persepsi yang benar dan mengingatkan betapa mulia bulan Ramadhan itu. Dalam sebuah hadis, rasulullah bersabda :
“Dari Salman ra, beliau berkata : Rasulullah berkutbah di tengah-tengah kami pada akhir sya’ban, Rasulullah bersabda : hai manusia telah menjelang kepada kalian bulan yang sangat agung, yang penuh barokah, bulan yang di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang dimana Allah telah menjadikan puasa di dalamnya sebagai puasa wajib, qiamulailnya sunnah, barang siapa yang pada bulan ini mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan amalan wajib pada bulan lainnya, barang siapa melakukan amalan wajib pada bulan itu seperti orang yang melakukan amalan wajib tujuh puluh kali pada bulan lainnya ... dst .” (HR Ibnu Huzaimah, beliau berkata : hadis ini adalah hadis sahih).

2. Membekali Diri dengan Ilmu yang Cukup

Sasaran dari ibadah puasa adalah untuk meningkatkan kualitas taqwa kita, akan tetapi hanya puasa yang dilakukan dengan tatacara yang benar yang dapat berlaku efektif meningkatkan iman dan taqwa tersebut. Rasulullah pernah bersabda “ Banyak orang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar. Dan banyak orang sholat malam, tidak mendapat apa-apa dari sholatnya kecuali bergadang” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah). Dalam hadis lain Rasulullah bersabda : “Barangsiapa tidak meningggalkan kat-kata dusta (dalam berpuasa) dan tetap melakukannya, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan daqn minumnya.” (HR Bukhori).

3. Melakukan Persiapan Jasmani dan Ruhani

Rasulullah mengajarkan kepada kita agar di dalam bulan Sya’ban kita banyak melakukan ibadah puasa, dengan banyak melakukan ibadah puasa di bulan Sya’ban, berarti kita mengkondisikan diri, baiki dari sisi ruhiyah, dan jasadiyah. Kondisi ruhiyah dan jasadiyah seperti ini akan sangat positif pengaruhnya dan akan mengantarkan kita untuk menyambut Ramadhan dengan berbagai ibadah dan amalan yang disunnahkan. Di sisi lain tidak akan terjadi lagi gejolak fisik dan proses penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh orang yang pertama kali puasa seperti lemas, badan terasa panas, dsb.

4. Memahami Keutamaan-keutamaan Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan diciptakan oleh Allah penuh dengan keutamaan-keutamaan dan kemuliaan, mempelajari dan memahami keutamaan-keutamaan tersebut akan memotivasi kita untuk lebih meningkatkan amal ibadah kita. Diantara keutamaan tersebut adalah ;

a.Bulan Ramadhan Bulan Kaderisasi Taqwa dan Bulan
Diturunkannya Al Qur’an

Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”
(2:183).
Firman Allah SWT : “Bulan Ramadhan bulan yang di
dalamnya diturunkan AlQur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk
itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil) maka
barangsiapa mendapatkannya hendaklah ia puasa” (2:185)

b.Bulan Paling Utama, Bulan Penuh Berkah

Dalam hadis Rasulullah bersabda : “Dari Ubadah bin
Shomit, bahwa ketika Ramadhan tiba, Rasulullah
bersabda : “Ramadhan telah datang kepada kalian,
bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah akan
memberikan naungan-Nya kepada kalian, Dia turunkan
rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan dan Dia
kabulkan Do’a. Pada bulan itu Allah Ta’ala akan
membanggakan kalian di depan malaikat. Maka
perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah,
sesungguhnya ornag yang celaka adalah orang yang pada
bulan itu tidak mendapat rahmat Allah ‘Azza Wa Jalla”
(HR Tabroni).

c.Bulan Ampunan Dosa, Bulan Peluang Emas Melakukan
Ketaatan

Rasulullah bersabda : “Antara sholat lima waktu, dari
hari Jum’at sampai jum’at lagi, dari Ramadhan ke
Ramadhan, dapat menghapuskan dosa-dosa apabila dosa-
dosa besar dihindari” (HR Muslim).
Dalam hadis yang lain Rasulullah sabda :
“Barangsiapa puasa karena iman dan
mengharap pahala dari Allah, ia akan diampuni semua
dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhori Muslim).

d.Bulan Dilipatgandakannya Amal Soleh

Rasulullah bersabda : “Setiap amal anak Adam
dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan menjadi
sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat,
Allah berfirman : “Kecuali puasa, puasa itu untuk Ku
dan Akulah yang akan membalasnya. Ia semata-mata
karena Aku”. Orang yang berpuasa mendapat dua
kebahagiaan ketika berbuka, dan ketika berjumpa
Rabbnya. Bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi
dari pada bau parfum misik” (HR Muslim).
Dari riwayat yang lain Rasulullah juga
bersabda : “Rabbmu berkata : “Setiap perbuatan baik
(di bulan Ramadhan) dilipat gandakan pahalanya
sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat.
Puasa untuk Ku dan Akulah ayang akan membalasnya.
Puasa adalah perisai dari api neraka, bau mulut orang
yang berpuasa di sisi Allah lebih wangi dari parfum
misik. Apabila orang bodoh berlaku jahil kepada
seseorang diantara kamu yang sedang berpuasa, maka
hendaklah kamu katakan “Saya sedang berpuasa” ”. (HR
Tirmidzi).

e.Ramadhan Bulan Jihad dan Bulan Kemenangan

Sejarah telah mencatat, bahwa pada bulan suci
Ramadhan inilah beberapa kesuksesan dan kemenangan
besar diraih umat islam. Ini membuktikan bahwa bulan
Ramadhan bukan merupakan bulan malas dan lemah, tapi
bulan Ramadhan adalah bulan jihad dan
kemenangan.
Perang Badar Kubroyang diabadikan dalam Al Qur’an
sebagai “Yaumul Furqon”dan umat Islam saat itu meraih
kemenangan besar, terjadi pada tanggal 17 Ramadhan
Tahun 10 Hijriyah dan saat itu juga gembong kebatilan
Abu Jahal, terbunuh.
Pada bulan Ramadhan juga fathu Makkah yang diabadikan
oleh Al Qur’an sebagai “Fathan Mubina” terjadi.
Tepatnya, Fathu Makkah terjadi pada tanggal 10
Ramadhan Tahun ke 8 Hijriyah.
Perang ‘Ain Jalut yang dapat menaklukan tentara
Mongol juga terjadi pad bulan Ramadhan. Tepatnya
tanggal 25 Ramadhan 658 Hijriyah. Andalusia yang
ditaklukan tentara Islam dibawah pimpinan Tariq bin
Ziayad juga terjadi pada bulan Ramadhan, yaitu
tanggal 28 Ramadhan Tahun 92 Hijriyah

Wallahu a’lam bish showab
Read More

Ada Semangat dalam Ramadhan


Suatu ketika, seorang alim diundang berburu. Sang alim hanya dipinjami kuda yang lambat oleh tuan rumah. Tak lama kemudian, hujan turun dengan derasnya. Semua kuda dipacu dengan cepatnya agar segera kembali ke rumah. Tapi kuda sang alim berjalan lambat. Sang alim kemudian melepas bajunya, melipat dan menyimpannya, lalu membawa kudanya ke rumah. Setelah hujan berhenti, dipakainya kembali bajunya. Semua orang takjub melihat bajunya yang kering, sementara baju mereka semuanya basah, padahal kuda yang mereka tunggangi lebih cepat.
Dengan perasaan heran, tuan rumah bertanya kepada sang alim, ”Mengapa bajumu tetap kering?” ”Masalahnya kamu berorientasi pada kuda, bukan pada baju,” jawab sang alim ringan sambil berlalu meninggalkan tuan rumah.
Dalam perjalanan hidup, kadangkala kita mengalami kesalahan orientasi (persepsi) seperti tuan rumah dalam cerita di atas. Kita menginginkan sesuatu namun tidak memiliki orientasi seperti yang diinginkan, sehingga akhirnya kita tidak mendapatkan apa yang diinginkan.

Begitu pula dalam menjalankan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang menginginkan ibadahnya di bulan Ramadhan dapat merubah dirinya menjadi lebih baik. Namun setelah Ramadhan, ternyata sifat dan perilakunya kembali seperti semula. Tak berubah secara signifikan. Ia hanya mendapatkan lapar dan haus. Persis seperti yang disabdakan Nabi saw, ”Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa pun, kecuali lapar dan haus.”
Hal itu karena orientasinya keliru. Ia tidak tahu hikmah di balik keagungan bulan Ramadhan. Salah satu dari sekian banyak hikmah Ramadhan yang sering dilupakan orang adalah fungsinya sebagai pembangkit semangat hidup. Ramadhan sesungguhnya adalah bulan motivasi (syahrul hamasah). Ramadhan semestinya mampu menjadikan setiap muslim yang beribadah di dalamnya menjadi termotivasi hidupnya.
Coba kita lihat apa yang terjadi pada diri nenek moyang kita (para sahabat dan ulama sholihin) setelah ditempa Ramadhan. Mereka menjadikan Ramadhan sebagai ajang pembakaran semangat yang membara. Sejarah mencatat dengan tinta emas sepak terjang mereka yang produktif. Banyak orang yang tak tahu, karena memiliki motivasi yang tinggi, umat Islam terdahulu menjadi penguasa dunia selama lebih kurang 14 abad. Lebih lama daripada kejayaan Eropa. Apalagi dari Amerika yang baru berjaya di akhir abad ini.
Kejayaan Islam yang demikian lama di masa lalu tak bisa dipisahkan dari semangat nenek moyang kita untuk selalu bersemangat dan produktif dalam berkarya. Beberapa contoh bisa disebutkan di sini. Ibnu Jarir, misalnya, mampu menulis 14 halaman dalam sehari selama 72 tahun. Ibnu Taymiyah menulis 200 buku sepanjang hidupnya. Imam Ghazali adalah peneliti di bidang tasawuf, politik, ekonomi dan budaya sekaligus. Al-Alusi mengajar 24 pelajaran dalam sehari. Sedang Jabir bin Abdullah rela menempuh perjalanan selama satu bulan demi mendapatkan satu riwayat hadits. Fatimah binti Syafi’i pernah menggantikan lampu penerangan untuk ayahnya (Imam Syafi’i) sebanyak 70 kali.
Semangat mereka terangkum dalam perkataan Abu Musa Al-Asy’ari ra.yang pernah ditanya oleh sahabatnya, ”Mengapa Anda tidak pernah mengistirahatkan diri Anda?” Abu Musa menjawab, ”Itu tidak mungkin, sesungguhnya yang akan menang adalah kuda pacuan!” Suatu ungkapan indah yang menggambarkan semangat yang membara, jiwa yang selalu ingin berkompetisi, berani dan pantang menyerah.
Semangat Itu Ada di Depan Kita
Semangat nenek moyang kita yang luar biasa dalam beramal tak bisa dilepaskan dari orientasi mereka yang benar terhadap fungsi ibadah dalam Islam, termasuk fungsi ibadah Ramadhan sebagai ajang melejitkan motivasi (achievement motivation training). Beda dengan kebanyakan kaum muslimin saat ini yang lebih memahami ibadah Ramadhan sebagai kegiatan seremonial dan tradisi tanpa makna.
Beberapa bukti yang menunjukkan fungsi Ramadhan sebagai bulan pemotivasian adalah:
1. Shaum (puasa)
Tahukah Anda bahwa kekuatan semangat dapat mengalahkan kekuatan fisik? Itulah yang Allah latih kepada kita di bulan Ramadhan. Selama sebulan kita dilatih untuk mengalahkan nafsu yang berasal dari tubuh kasar kita; nafsu makan, minum, dan seksual. Kenyataannya, di bulan Ramadhan kita mampu mengalahkan tarikan nafsu demi memenangkan semangat ruh kita.
Sayangnya, latihan itu tidak dilanjutkan dalam skala kehidupan yang lebih luas dan dalam waktu yang lebih lama setelah Ramadhan, sehingga banyak di antara kita yang hidupnya tidak bersemangat dan produktif dalam beramal. Padahal kunci motivasi itu adalah kemampuan mengalahkan kekuatan fisik. Itulah yang kita lihat pada diri Abdullah bin Ummi Maktum ra.yang matanya buta tapi ngotot untuk ikut berperang bersama Rasulullah. Juga pada diri Cut Nyak Dien atau Jenderal Sudirman, yang pantang menyerah kepada pasukan kolonial walau dalam kondisi sakit parah.
2. Tarawih
Ramadhan sebagai syahrul hamasah juga terlihat dalam pelaksanaan sholat tarawih. Sholat tarawih artinya sholat (di waktu malam) yang dilakukan dengan santai. Di zaman sahabat, sholat tarawih biasa dilakukan sepanjang malam. Dengan bacaan yang panjang dan diselingi juga dengan istirahat yang lama. Bahkan pernah dalam satu riwayat, para sahabat melakukan sholat tarawih berjama’ah sampai menjelang subuh.
Hikmah dari ibadah tarawih yang dilakukan dengan santai dan tidak terburu-buru adalah untuk membentuk watak kesabaran dan ketekunan. Kita tahu, kesabaran dan ketekunan adalah kunci dari motivasi. Tidak mungkin seseorang itu termotivasi dan produktif berkarya tanpa memiliki sifat sabar dan tekun. Watak inilah yang dimiliki oleh nenek moyang kita, sehingga mereka menjadi umat yang jaya di masa lalu.
Hal ini berbeda dengan pelaksanaan sholat tarawih di masa kini. Di mana waktunya tidak lebih dari 1-2 jam. Bahkan seringkali dilakukan tergesa-gesa. Hikmah tarawih sebagai ibadah yang melatih watak kesabaran dan ketekunan menjadi hilang, sehingga lenyap pulalah salah satu sarana pelatihan umat Islam untuk menjadi orang yang termotivasi hidupnya.
3. I’tikaf
Sarana lain yang disediakan Allah SWT untuk membentuk ruh semangat adalah i’tikaf. Ibadah i’tikaf berarti diam menyepi (untuk mengingat Allah) dan meninggalkan kesibukan duniawi. Bagi laki-laki, i’tikaf dilakukan di masjid. Sedang bagi perempuan dilakukan pada ruangan khusus di rumahnya.
Nabi Muhammad saw tidak pernah meninggalkan ibadah i’tikaf ini sepanjang hidupnya. Hal ini juga dilakukan oleh para sahabat dan orang-orang sholih sepeninggal beliau. Sudah menjadi hal yang lazim di masa nenek moyang kita bahwa setiap Ramadhan masjid penuh dengan orang-orang yang i’tikaf.
Bandingkan dengan kondisi sekarang. I’tikaf menjadi ibadah yang asing bagi kebanyakan kaum muslimin. Padahal ibadah ini sangat penting untuk kontemplasi diri. Dalam i’tikaf, kita melakukan uzlah (pertapaan) sebagai modal penting untuk bangkit dari keterpurukan atau sebagai momen untuk berubah. Nabi Muhammad saw berubah dari manusia biasa menjadi manusia luar biasa (nabi) setelah uzlah ke Gua Hiro. Lalu Allah menggantikan sarana uzlah tersebut dengan i’tikaf untuk kita. Agar kita meniru perubahan menjadi manusia luar biasa tersebut seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
Allah meminta kita agar mengulangi momen uzlah tersebut setiap tahun, sehingga kita selalu termotivasi untuk berubah semakin baik dari tahun ke tahun. Dari bulan ke bulan. Bahkan dari hari ke hari. Nabi saw bersabda, ”Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemaren, ia celaka. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemaren, ia merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemaren, ia beruntung.”
Ramadhan sebagai bulan pemotivasian seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh kita semua. Sungguh beruntunglah mereka yang menggunakan Ramadhan sebagai ajang peningkatan motivasi hidupnya. Lalu dengan modal Ramadhan ia mengisi hari-harinya di luar Ramadhan dengan semangat yang membara untuk beramal melesat ke angkasa kemuliaan. Sungguh, ada semangat dalam Ramadhan.**
Read More

Cerita Biasa


Kemarin saya terlibat percakapan singkat dengan kawan satu kosan. Kebetulan saat itu saya sedang membawa kardus yang akan digunakan untuk memasukkan barang-barang pindahan. Ketika pintu terbuka, saya temui dia sedang bersiap keluar kamar. Percakapan pun di mulai :

Dia : Eh, nia beli kardus. Berapa harga semua nya?

Saya : (Diam sejenak) Hm… Mending kalau mau beli kardus jangan sekarang, lagi mahal karena sedang MPF (Masa Perkenalan Fakultas. red) jadi harganya 1000/kardus.

Dia : Oooh…. Untung aku udah beli.

Saya : Iya... (dengan lembut dan tersenyum)

Dia : Waktu itu aku beli nya 500 lho.

Saya : Iya... (masih dengan nada yang lembut dan senyum)

Dia : Kan lumayan juga gopek mah...

Saya : Iya... (masih sabar nih)

Dia : Sabar amat sih kamu?

Saya : Habis mau komentar apa lagi? Toh, buat apa menyesali yang telah terjadi.

Sadar atau tidak, sebenarnya komen tersebut dapat menimbulkan banyak pikiran negatif, terutama bagi saya yang mendapat komentar. Dampak yang paling besar adalah ketika timbul rasanya penyesalan. Uupss... Sungguh, penyesalan adalah satu tindakan yang sangat saya hindari. Dari percakapan di atas, saya mencoba menganalisa apa yang telah terjadi... Ketika saya bermaksud baik, dengan memberitahukan pada kawan saya itu untuk tidak membeli kardus di saat seperti ini, dan justru mendapat tanggapan yang tidak mengenakkan, pasti ada rasa sesal yang sedikit terselip. Merontokan kebahagian yang sempat ada dan hampir saja terganti dengan penyesalan. Apalagi ketika dia merongrong saya dengan pernyataan berikutnya.

Di lain hari, pernah juga saya mendapati komentar serupa :
A : Hape ku hilang... (sambil menangis dan tersedu)

B : Wah, hilang di mana?

A : Tadi hilang di jalan. Copet.

B : Ooh...Untung bukan hape ku yang hilang.

A : (Diam)

Dalam kehidupan sehari-hari mungkin sering kita dapati hal seperti itu. Ketika kita mendapati hal yang tidak disukai, kemudian ada orang lain yang berkomentar ”Untung aku begini....” kemudian menimpali lagi ”Ga seperti kamu yang begitu....” Duh, sebenarnya bagi saya itu adalah komen yang sangat tidak penting. Sangat tidak membantu.

Ketika mendapat komen seperti ini, maka ada dua kemungkinan : 1) dia hanya bercanda, 2) dia tidak bisa memahami penderitaan orang lain. Tanda-tanda nya : untuk orang yang memang suka ucapkan itu biasanya dia akan tertawa setelah mengatakan nya, pun akan ada kalimat ”maaf, aku cuma becanda koq”. Namun, lain hal nya jika orang tersebut tidak memiliki kepekaan terhadap orang di sekitar nya (tipe 2), dia akan cenderung membalas komen kita dengan komen selanjutnya yang sebenarnya tidak penting hanya untuk menunjukan bahwa dia yang lebih unggul, lebih beruntung dan lebih yang lainnya.

Alangkah bijak nya jika kita mengetahui sesuatu, terutama jika itu terkait dengan orang lain, maka gunakan komentar yang baik pula. Bukan komentar yang menjatuhkan, bukan komentar yang seolah bagaikan nila merusak susu sebelanga atau bukan komentar yang menunjukan bahwa kita adalah orang yang lebih unggul. Kita tidak mengetahui, seberapa besar perjuangan yang kawan kita lakukan untuk bisa terus bertahan dalam kondisi seperti itu. Karena kita memang tidak ingin tahu. Kita terlalu mudah berkomentar, seringnya tanpa peduli dengan perasaan orang lain.

Seringkali kita menuntut orang lain untuk bersikap baik pada kita, namun seringkali pula kita tanpa sadar telah menyakiti hati orang lain. Sebelum meminta hak sebaiknya lakukan dulu kewajiban kita dengan mau sedikit saja menghargai perasaan orang lain. Ya Allah, jauhkanlah aku dari sifat seperti itu. Amin.

Untuk seorang kawan : Belajarlah untuk mau menghargai perasaan orang lain. Sedikit saja... ^^
Read More

12 Agustus 2009

Pernikahan Adalah Sekolah Cinta


Bertahun-tahun yang lalu, saya berdoa kepada Tuhan untuk memberikan saya pasangan, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan menjawab.

Tidak hanya saya meminta kepada Tuhan, seraya menjelaskan kriteria pasangan yang saya inginkan. Saya menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan suka cita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Saya bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik, yang selama ini saya impikan.

Sejalan dengan berlalunya waktu, saya menambahkan daftar kriteria yang saya inginkan dalam pasangan saya. Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hati saya, "Hambaku, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan."


Saya bertanya, "Mengapa Tuhan?” Dan Ia menjawab, "Karena AKU adalah Tuhan, dan AKU adalah Kebenaran, dan segala yang AKU lakukan adalah benar."

Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dari-Mu?"

Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskan kepadamu. Adalah suatu ketidakadilan dan ketidakbenaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu, karena AKU tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu, jika terkadang engkau masih kasar; atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam; atau seseorang yang mudah mengampuni, tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam; seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak...."

Kemudian Ia berkata kepada saya, "Adalah lebih baik jika AKU memberikan kepadamu seseorang yang AKU tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semua itu.

Pasanganmu akan berasal dari tulangmu & dagingmu, dan engkau akan melihat sendiri dirimu sendiri di dalam dirinya. Dan kalian berdua akan menjadi satu. Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang. Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerja sama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna, karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu."

Ini untuk: yang baru saja menikah, yang sudah menikah, yang akan menikah, dan yang sedang mencari, khususnya yang sedang mencari.
Read More

ILALANG... OH... ILALANG...


Di sebuah tepian ladang, seorang anak memperhatikan ayahnya yang terus saja bekerja. Sang ayah terlihat menggemburkan tanah dengan cangkul, membaurkan pupuk di sekitar tanaman, dan membabat tumbuhan liar di sekitar ladang. Sesekali, sang ayah harus mencabut ilalang. Anak itu terus memperhatikan dengan heran.

“Kenapa ayah melakukan itu? Bukankah ilalang itu masih terlalu kecil untuk dicabut?” teriak si anak sambil berjalan mendekati ayahnya. Ia membawakan air yang baru saja ia tuang ke sebuah gelas kayu. Sambil tangan kiri menghapus peluh, tangan kanan ayah anak itu meraih gelas dari tangan kecil anaknya.

“Anakku, inilah pekerjaan petani. Kelak kamu akan tahu,” jawab sang ayah singkat. Setelah minum, petani itu memanggul cangkul di dekatnya. “Hari sudah sore! Mari kita pulang, Nak!” ucap sang ayah sambil meraih pundak anak lelakinya itu.


Sepulang dari ladang, petani itu sakit. Hingga beberapa hari, ia dan anaknya tidak bisa ke ladang yang jaraknya sekitar satu jam berjalan kaki, naik dan turun. Petani itu tampak gelisah. Ia seperti ingin memaksakan diri berangkat ke ladang.

“Ayah kenapa? Bukankah waktu itu ladangnya sudah ayah bersihkan, dipupuk, dan dipagar,” suara anak itu sambil membantu ayahnya bangun dari tempat tidur. “Itu belum cukup, Nak. Kelak kamu akan tahu!” ucap si petani sambil tertatih-tatih keluar rumah. Ia mengajak anaknya pergi ke ladang.

Setibanya di ladang, anak itu terperangah. Ia seperti tidak percaya apa yang dilihat. Hampir seluruh ladang ditutupi ilalang. Cabai dan tomat yang tumbuh mulai membusuk. Daun-daunnya pun dihinggapi ulat.

“Anakku, inilah yang ayah maksud tugas petani. Kini kamu paham, kenapa ayah gelisah. Karena seorang petani tidak cukup hanya menanam, menebar pupuk, dan memagar tanamannya. Tapi, ia juga harus merawat. Tiap hari, tiap saat!” jelas sang ayah sambil menatap sang anak yang masih terkesima dengan ilalang di sekitar ladang ayahnya.
**

Mereka yang terpilih Allah swt. sebagai pegiat dakwah, sadar betul kalau tugasnya begitu penting, mulia, dan sekaligus berat. Berat karena tugas itu tidak cukup sekadar menanam kesadaran, menebar sarana dakwah, dan memagari ladang dakwah dari terjangan angin dan hewan perusak. Lebih dari itu, ia harus merawat.

Seperti halnya ladang tanaman, ladang dakwah bukan benda mati yang akan lurus-lurus saja kalau ditinggal pergi. Tanahnya hidup. Udara di sekitar pun dinamis. Yang akan tumbuh bukan saja tanaman yang diinginkan, tanaman liar seperti ilalang pun akan tumbuh subur merebut energi kesuburan ladang. Belum lagi telur-telur hama yang hinggap ke daun tanaman setelah berterbangan digiring angin.

Pegiat dakwah persis seperti seorang petani terhadap tanamannya. Ia sebenarnya sedang berlomba dengan ilalang dan hama. Kalau ia tidak sempat merawat, ilalang dan hama yang akan ambil alih. Kelak, jangan kecewa kalau buah-buah tanaman yang akan dipetik sudah lebih dulu membusuk.
Read More