Beberapa hari lalu (11/12), saya melakukan praktikum pasca panen pertanian. Berhubung saya tidak mempelajari pasca panen hilir (memproduksi menjadi barang siap konsumsi), maka praktikum kali ini adalah memangkas pohon kakao yang ada di Kebun Percobaan Cikabayan. Sebenarnya cukup singkat praktikum kali ini, pun tidak harus panas-panasan karena kondisi di lapang tempat pohon kakao tumbuh banyak terdapat pohon karet sebagai pelindung.
Saya tidak akan banyak menjelaskan di sini mengenai pemangkasan kakao itu sendiri. Jika kawan ingin melihat yang lebih lengkap silahkan
di sini. Mungkin kawan perlu tahu, bahwa buah kakao langsung tumbuh pada batang utama atau cabang nya. Oleh karena itu, pemangkasan dimaksudkan untuk membuang cabang-cabang tersier (yang kecil) agar sinar matahari dapat masuk mengenai batang utama. Sinar matahari itu sendiri, diperlukan untuk merangsang pembungaan yang merupakan awal terbentuknya buah. Untuk pohon kakao yang dipangkas secara rutin saja, dari 100.000 bunga, yang terbentu buah hanya 10% nya. Bahkan dari 10% tersebut, hanya sedikit buah yang bertahan sampai dapat dipanen. Mungkin, itu termasuk alasan yang membuat harga coklat lumayan mahal.
Hari itu, kawan2 sekelompok saya seperti nya sangat senang sekali. Terutama karena ada saya yang jadi sie.dokumentasi. Lihat saja gaya2 mereka.
Di foto pertama, ada du kawan saya, ayu dan fauzan yang saling mengeluarkan senjata nya. Kalau saya lihat alat2 yang digunakan pada praktikum ini, sebenarnya cukup mengerikan. Bukan hanya karena tajam nya, tapi juga karena karat nya. Duh, sebenarnya sempat bergidik juga.
Foto kedua itu, kawan2 sedang menunjukan hasil kerja mereka. Bukannya melakukan pemangkasan, kami malah asyik membuat batang penunjuk (sisa batang kakao yang dipangkas, kemudian dikuliti). Hanya saya yang tidak ikut mengikuti tingkah mereka. Akhirnya, saya malah tidak dianggap sebagai anggota kelompok *hix..hix..*
Dan sepertinya, di antara kelompok yang ada, hanya kelompok kami yang melakukan hal "aneh" tersebut. Duh, mba-mas, mbo ya diinget, sekarang dah tingkat akhir. Koq ya masih main kaya begituan ^-^)p
Setelah melakukan pemangkasan, akhirnya kami foto2 dengan buah kakao nya. Buah kakao yang telah siap ditandai dengan perubahan warna yang hijau menjadi kuning atau jingga. Berhubung tempat praktikum ini adalah lahan yang memang bukan untuk komersil, kami akhirnya jadi memakan buah kakao yang telah masak. Ternyata asam ya.. Benar saja, dosen kemudian menjelaskan bahwa buah kakao yang baru dipanen memiliki pH sebesar 3,5..Wuih, asam sekali. Oleh karena itu, bagi penderita maag diharap jangan banyak memakan buah kakao *Kalau saya sih lebih pilih makan coklat nya saja*
Sayangnya, dengan banyaknya pohon kakao yang ada di Indonesia, ternyata tidak cukup dapat membantu devisa negara. Umumnya yang diekspor ke negara lain adalah biji kakao yang belum mengalami proses lanjutan. Setelah sampai di luar negeri, buah kakao kita diolah menjadi coklat yang akhirnya malah kita impor. Miris memang, tapi begitulah adanya. Negara kita yang memiliki banyak SDA, yang SDA nya banyak diekspor ke negara lain, tapi kita justru malah mengimpor bahan siap konsumsi SDA yang kita miliki dari negara lain. Bagi kawan yang ingin lebih mengetahui tentang industri kakao, silahkan lihat
di sini ya..Terima kasih..