Labels

Labels

Labels

17 Desember 2008

SAYA MENCINTAI NYA

Sebenarnya saya tidak terlalu ingin menulis tentang hal ini, karena saya tahu, pasti membuat saya sedih... Tapi, mengingat kemarin merupakan hari bersejarah bagi saya, maka saya coba tuliskan ini. Duh..dari mana ya saya harus memulainya...


Saya terlahir sebagai anak tunggal dari keluarga yang cukup mapan namun tetap mengutamakan kesederhanaan. Saya terdidik dari kesabaran dan kejujuran ayah, dan juga ketekunan dan kedisiplinan ibu. Sungguh sebuah kombinasi yang tepat. Ayah saya merupakan laki2 pertama dalam hidup saya. Sejak kecil, beliau lah yang paling dekat dengan saya. Sewaktu saya kelas 1 SMA, ayah saya sakit. Beliau terkena semacam penyakit flek pada paru2. Sepertinya hal itu dikarenakan pilek menahun yang dideritanya. Saya ingat sekali, saat itu saya sedang ujian akhir ketika ayah saya tengah malam dibawa ke RS. Sambil membawa buku, karena besoknya saya ujian, saya menemani ayah ke RS.

Sebenarnya saya ingin menangis, ketika melihat kondisi ayah. Namun, saya telah bertekad bahwa saya tidak akan pernah menangis di hadapan orang lain, termasuk ibu saya. Akhirnya, hanya satu pelampiasan saya saat itu, tempat bersandar yang paling kokoh, Allah SWT. Satu doa yang ayah saya sering ucapkan bahwa seandainya boleh meminta, beliau ingin diberi umur panjang hingga dapat melihat ku lulus SMA. Itu saja doanya. Saat itu saya hanya dapat mengamini. Padahal hati terasa sesak, mata terasa panas, saya ingin menangis... Namun, ternyata Allah berkehendak lain, seorang laki2 yang telah memberi warna pada hidup saya diambil olehNya. Saya bahagia, kepergiannya begitu indah. Beliau pergi meninggalkan kami setelah melakukan shalat shubuh. Saat itu saya yang menbimbing bacaannya, dan setelah beliau ucapkan salam pertama, badannya bergetar, dan beliau jatuh dalam pelukan saya...

Semasa SMA, ada sebuah lagu yang membuat saya terharu jika mendengar nya. Sebuah lagu yang ingin selalu saya dendangkan. Sebagai pengingat betapa besar jasa ayah pada saya.



Kemarin, di tengah hiruk pikuk nya keramaian, saya coba mengingat kembali doa ayah saya... Sebentar lagi, saya akan berada dalam sebuah hari paling bersejarah dalam hidup saya, hari di mana saya akan mendapati gelar saya sebagai Sarjana Pertanian. Saya sebenarnya bukan orang yang suka berandai-andai, namun jika saja ayah ada di hari bersejarah saya nanti, sungguh lengkaplah kebahagiaan saya. Saya yakin, beliau melihat saya dari jauh dan mengharapkan saya menjadi anak yang sholehah dan mengharumkan nama mereka...Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa wujudkan impiannya... Tanpa perlu saya ucapkan, beliau pasti tahu, saya begitu mencintai nya...

9 komentar

deden 17 Desember 2008 pukul 09.47

Pertamaxxx kah?

salam sukses selalu (3S),
deden™ [at] bingung go!blog

*TM yg dimaksud : Tepian Mahakam

Unknown 17 Desember 2008 pukul 16.12

assalamualiakum mba nia,,jujur waktu fa baca,,darah fa berdesir,,,
hm ........
suatu cobaan yg mungkin menurut mba berat,,
dan fa bangga am mba nia, tindakan yg mba ambil tepat,,yaitu istiqomah.

fa bangga am mba.
wassalamulaikum ..

pojokjambi 17 Desember 2008 pukul 21.59

sangat menyentuh hati....
n tetep semangat ya...

Syams Ideris 18 Desember 2008 pukul 03.51

Sungguh...Cobaan terberat adalah saat kita kehilangan orang yang sangat kita cintai. Begitu berat hati untuk menerima, begitu susah untuk menghilangkan rasa kehilangan itu.

Tapi...Tak ada takdir yang tidak direncanakan sang Khalik, semua ada hikmahnya. Tak lain, itu adalah cobaan untuk mengukur iman seseorang dan kesabarannya.

Saya hanya bisa mendoakan semoga Dik Nia selalu sabar dan tawakal, serta sukses selalu. Selamat di Wisuda... :)

BLOG SEHAT ALAMI 19 Desember 2008 pukul 20.02

Saya ucapkan selamat atas telah selesainya pendidikan di perguruan tinggi. Semoga Allah memberikan bimbingan dalam praktek setelah menjadi sarjana pertanian. Kendatipun Ayahanda tercinta telah tiada janganlah terus bersedih, doakan saja dalam setiap selesai ibadah agar almarhum mendapatkan tempat yang layak sesuai dengan Iman dan Islamnya. Beliau wafat dalam akhir yang baik sewaktu menunaikan hak Tuhannya yaitu sholat Subuh.Sukses ya mbak dan segera aplikasikan ilmu yang telah didapat untuk kemaslahatan umat di bidang pertanian.
Bersabar dalam cobaan dan bersyukur dalam kejayaan.

Yuniarto Rahardjo 20 Desember 2008 pukul 08.46

Semoga selalu dalam lindungan Allah..
Amin.

Umi Farida 21 Desember 2008 pukul 17.47

Yang penting nia sekarang dah lulus melewati ujian walau tanpa beliau. Yang beliau butuhkan hanya doa dari anak yang sholeh. Jadi mari kita semua menjadi anak2 yang sholeh dan sholehah agar doa kita diterima ALLAH...

aYme 22 Desember 2008 pukul 14.22

haluwww,,,
sblm ny aku trut berduka cita yah,,,
smoga almahum mndpt tmpt yg terbaik disisi Nya amin,,, :)
dan slmat sdh mw jd sarjana,,,
ayahmu pst sgt bangga mlhat nya dr ats sana,,,
ttp smngat yah,,,
cheers* :D

Anonim

turut berduka dengan ayahnya
semoga cepat selesai penelitiannya dan cepat sarjana :)

Posting Komentar

Silahkan diisi bagi yang ingin berkomentar ^^)p